Archive for Mei 2014
Revolusi Amerika
Nama : Dhevy Ratna Sari
NIM / Kelas : 120210302095
/ B
REVOLUSI AMERIKA
Revolusi
Amerika adalah suatu revolusi politik penumbangan suatu susunan sosial. Dan
pada hakikatnya adalah hasil tambahan dari suatu perjuangan untuk kemerdekaan
politik dan untuk menegakkan nasionalisme Amerika yang dipimpin oleh kaum
ningrat Whig yang mencari kebebasan dari tekanan politik dan ekonomi yang
dipaksakan oleh pemerintah Inggris. Revolusi Amerika tidak menghadapkan kelas
terhadap kelas dan menolak untuk menyesuaikan diri dengan pola Marxisme. Untuk mempertemukan
susunan pemerintahan sendiri Grenville tahun 1763 menyusun suatu pemerintahan
yang menerobos semua garis kepartaian dan meletakan dasar bagi suatu sistim
kepartaian baru. Pendudukan dibagian Barat oleh pemerintah Inggris telah
membantu bertambahnya perlawanan terhadap Inggris di Amerika. Setelah mengalami
kesulitan keuanggan akibat Perang Tujuh Tahun melawan Prancis, Inggris mulai
memperkuat pengaruhnya di daerah koloni.
Untuk
menyelesaikan masalah pembatasan tanah maka ada suatu perjanjian yaitu
Perjanjian Eaton (1758). Shelburne (1737-1805) mengusulkan supaya daerah
Appalachia menjadi garis pembatas sementara antara jajahan dan tanah yang
disediakan untuk orang Indian dan daerah baru supaya dibentuk 3 propinsi:
Quebec, florida Timur, Florida Barat, namun tidak terlaksana karena terjadi
peristiwa di Inggris dan di Amerika. Sebelum mulainya revolusi, Inggris
melakukan tindakan provokatif yang pertama suatu instruksi dari North bulan
Februari 1774 yang membatasi pemberian hak-hak tanah didalam daerah jajahan,
yang kedua adanya UU Quebec.
Setelah
berakhirnya Perang Dunia Inggris mengalami masalah keuangan yang sangat luas. Inggris
mengusahakan supaya perdagangan di tanah – tanah jajahan menyesuaikan diri
dengan system mercantilisme yaitu menyediakan bahan mentah dengan harga rendah
bagi negara induk. Inggris juga mengadakan pajak – pajak baru yang diundangkan
atas perintah Grenville yaitu UU Gula yang ditujukan untuk New England tahun
1764 dan UU tentang Keuangan yang ditujukan untuk Virginia. Penentangna yang
dilihatkan oleh Amerika mempunyai tiga macam cara: kaum intelektual melakukan
perang suatu pamflet yang ideologis, kaum pedagang melakuakn pemboikotan
terhadap bangsa Inggris, dan rakyat biasa melakukan tindakan kekerasan. Adanya
penghapusan dan pelaksanaan kembali UU Materai, orang-orang Amerika mungkin
akan mengadakan persekutuan dengan Prancis.
Anti
militerisme ditanah jajahan timbul karena tidak senang terhadap tentara dan
militerisme, yang terdapat markas tentara Inggris ditanah jajahan. Ketegangan
memuncak di kota-kota dimana pasukan ditempatkan. Kurang dari dua bulan
sesudahnya pertempuran di New York sebuah insiden yang lebih genting meletus di
Boston. Tahun 1767, Townshend mengusulkan beberapa macam cukai impor untuk
kertas, teh, dan cat. Townshend mendapat kritik bahwa telah menghidupkan
kembali api dibawah persoalan pajak tanpa harapan mendapat keuntungan fiskal,
kemerdekaan konstitusionil ditanah jajahan, karena UU yang dibuat Townshend
mengatur penghasilannya harus dipergunakan untuk mengadakan persedianan yang
lebih pasti dan cukup. Dickinson menyatakan bahwa cukai yang dipaksakan
Townshend itu tidak konstitusionil. Pertempuran konstitusionil dilangsungkan
dalam dua medan: dalam pengadilan dan dewan perundangan. Tahun 1767 persoalan
dihidupkn kembali oleh peraturan UU Townshend yang memberikan kekuasaan
mengeluarkan surat-surat perintah dan Dewan Komisaris Pabean di Amerika. Hakim
Tory dan hakim Whig juga menentang surat perintah itu. Samuel Adams (1722-1803)
menyusun sebuah surat edaran yang disetujui oleh DPR Massachusetts tahun 1768,
surat tersebut mengutuk UU Townshend. DPR Virginia George Washington juga
melakukan perjuangan mengusulkan sekumpulan revolusi. Disamping perjanjian
menghentikan impor, perdaganagn ditanah jajahan menghadapi pembatasan sebagai
akibat UU Townshend.
Pembatalan
bea-cukai Townshend untuk sementara menenangkan ketegangan antara tanah jajahan
dan negara induk. Kerusuhan di New Yoerk & Boston memberi keinsyafan kepada
pedagang lapisan atas tentang bahaya ayng datang dari gerombolan rakyat. Di
Amerika ketenangan diganggu pada 10 Juni 1772 kapal pabean Gaspee kandas di
Namquit Point. Hal ini mendorong timbulnya persatuan orang-orang ditanah
jajahan lalu dibentuk panitia “Korespondensi ” untuk menentang politik Inggris.
Untuk mempermudah penjualan teh perusahan berpaling kepada pemerintahan. Tetapi pembesar yang keras
kepala menolak memberikan surat jalan kecuali jika kapal itu telah beres soal
pabean. Penghinaan Franklin tidak kalah pentingnya untuk memperbesar jurang
perpisahan antara pendapat di Amerika dan Inggris adalah skandal sekitar
surat-surat Hutchinson. Undang-undang yang tak
tertahan adalah undang-undang Pelabuhan Boston, Undang-undang
administrasi pengadilan, undang-undang Massachusetts yang membatalkan piagam
Massachusetts.
Undang-undang Quebec (20 Mei 1774) dianggap bagian dari tindakan-tindakan paksaan yang ditujukan
terhadap hak-hak kemerdekaannya. Perjuangan Amerika yang berdasar pertama-tama atas
hak-hak orang-orang Inggris seperti yang dibuat oleh kaum Whig dan keduanya,
atas hak-hak manusia yang lebih revolusioner, ditekankan kepada umum melalui
pers, surat-surat sebaran dan diatas mimbar gereja. Golongan politik radikal diatas mimbar gereja
Jonathan Mayhew (1720-1766), seorang rasionalis yang pandangan-pandangan
teologinya menjadi pelopor bagi doktrin sekte Unitarian. Proklamasi dan Resolusi yang diterima oleh
Kongres pada tanggal 14 Oktober. Pada tanggal 9 Februari Massachusetts melakukan
pemberontakan.
Tanggal 10 Mei
konggres Kontinental kedua bersidang di Philadelpia, dan perang telah meletus. Pada
tanggal 5 Juli, kongres menerima apa yang dinamakan “Olive Branch Petition”
atau Petisi Perdamaian yang disusun oleh Dickinson. Kemerdekaan dinyatakan selama jangka waktu 14 bulan yang
berlangsung dari saat mulai bersidangnya kongres kedua sampai saat diterimanya
resolusi lee tentang kemerdekaan.
Penggunaan
pasukan sewaan asing oleh Inggris untuk menghadapi pemberontakan di tanah
jajahan. Richard Henry lee yang mengajukan sebuah resolusi dalam kongres pada
tanggal 7 Juni yang menyatakan bahwa Negara-negara serikat mempunyai hak untuk
menjadi Negara merdeka dan berdaulat. Putusan mengenai resolusi ini di
tangguhkan hingga tanggal 1 Juli, dan kemudian persetujuan ini baru sahkan oleh
konvensi Negara bagian new York pada tanggal 9 Juli. Kemerdekaan telah
disetujui dengan tujuan yang jelas dari Proklamasi itu adalah untuk menyatakan
alasan-alasan yang memaksa tanah jajahan untuk membubarkan ikatan politiknya
dan untuk mengambil kedudukan yang tersendiri serta sedrajat di antara
negara-negara di dunia.
Amerika
mempunyai kelebihan berupa pasukan yang cukup perlengkapannya, terlatih dan
disiplin tetapi ia adalah tentara yang miskin. Kelebihan ini untuk sebagian
dirintangi oleh kienyataan bahwa patriot berjuang ditanahnya sendiri. Pada
permulaan peperangan pertimbangan siasat tinggi inggris menolak diadakannya
blockade laut yang erat terhadap ketigabelas tanah jajahan dan memutuskan untuk
menggunkan angkatan darat dalam semua operasi besar. Tahun 1775 Sir Gay
Carleton merencanakan untuk menyerbu ke New York dari Kanada dengan bantuan
dari pasukan laut. Karena diduga akan ada serangan terhadap New York dari
Kanada, kongres telah memberi kuasa kepada Philip Schuyler untuk merebut setiap
kedudukan di Kanada yang dianggap penting bagi keamanan tanah jajahan.
Sebaliknya dari
pada memusatkan pasukan-pasukannya untuk memberi pukulan yang dahsyat, Inggris
membuat kesalahan besar untuk membaginya antara Jendral Clinton, yang diberi
tugas menyerang daerah selatan, dan Sir Willam Howe yang merebut kota New York.
Ekspedisi Clinton adalah satu kegagalan seluruhnya. Karena ia menduga Howe akan
menyerang new York, Washington memindahkan tentaranya dari Boston tahun 1776. Untuk
menghadapi ancaman pengepungan ini, Washington terpaksa menyingkirkan induk
pasukannya dari Manhatan. Bulan Februari 1777 Jendral John Burgoyne yang telah
kembali lagi ke Inggris, memajukan kembali kepada Jerman rencana serangannya
dari tiga jurusan untuk mengisolir New England.
Saratoga
mempunyai pengaruh, di Inggris ia menyebabkan dimajukannya permintaan oleh Lord
North untuk meletakkan jabatan dan penolakan yang berkeras kepala dari george
III untuk menyerahkan pemerintahan kepada musuhnya yang lama, Chatam. Kemenangan
Amerika di Saragota menyebabkan perubahan yang menentukan dalam siasat Inggris.
Saratoga yang kemudian disusul oleh ikutnya Prancis dalam peperangan samping
Amerika, menjadi ciri bagi titik peralihan Revolusi. Prancis yang dari semula
timbulnya persengketaan, telah secara tidak resmi memberikan bantuan senjata
dan uang kepada Amerika, kemudian dengan cepat mengadakan persekutuan dengan
Amerika.
Kelanjutan
Saratoga di Amerika setelah kegembiraan kaum Patriot atas kemenangan itu dating
pertengkaran, inflasi dan jatuhnya moral. Pada tanggal 30 Agustus Grasse tiba
di dekat Yorktown, mengadakan blockade lautan, kemudian mendaratkan pasukannya
untuk bergabung dengan lafayyete yang sedang mengepung Cornwallis di daratan. Pada
tanggal 17 Oktober, Cornwallis bersama dengan pasukannya menyerah. Pengusaha-pengusaha
Amerika mulai merasakan bahwa penghapusan pembatasan-pembatasan dalam negeri
terhadap perdagangan, jika dibarengi dengan peraturan-peraturan mengenai
perdagangan antara Negara-negara bagian dari tindakan-tindakan perlindungan
terhadap industri dalam negeri dari saingan luar negeri, akan meletakkan dasar
bagi hidupnya kembali kemakmuran.
Perundingan perdamaian Shelburne mendesak
diadakannya perundingan melalui Oswald yang akhirnya diberi kuasa untuk
mengadakan perjanjian dengan komisaris-komisaris dari tiga belas Negara
serikat.
Revolusi
telah merupakan puncak dari suatu gerakan politik kearah kemerdekaan lepas dari
Inggris. Pertama-tama ia membuktikan kepada dunia bahwa suatu bentuk
pemerintahan republic dapat bekerja dengan efektif. Yang kedua, ia menjadi
cirri untuk pertama kalinya dalam sejarah bahwa dalam suatu golongan besar
masyarakat telah membentuk pemerintahannya sendiri dibawah undang-undang dasar
tertulis. Revolusi gagal untuk menghapuskan dasar hak-hak milik sebagai syarat
memegang jabatan dan memberikan suara. Jaman revolusi telah mencetuskan
kekuatan-kekuatan perikemanusiaan yang kuat. Akhirnya semangat persamaan dari
jaman Revolusioner ini dicerminkan dalam sikap orang-orang Amerika terhadap
budak-budak belian.
Sejarah Amerika "Amerika Latin Sebelum Perang Dunia II"
AMERIKA LATIN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampuh Dr. SurantoM.Pd
Disusun Oleh:
Dhevy
Ratna Sari 120210302095
Kelas
B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT , berkat
limpahan karunia – Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Amerika
Latin Sebelum Perang Dunia II. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi penyelesaian materi kuliah Sejarah Amerika.
Di era globalisasi ini, era yang
penuh persaingan, baik persaingan lokal, nasional dan global. Oleh karena itu
kita harus membekali diri untuk menghadapi persaingan tersebut. Bekal ilmu
pengetahuan saja tidak cukup karena dalam era globalisasi sekarang ini sistem
kerja tidak hanya mengandalkan individu, tetapi juga jaringan kerjasama dengan
pihak-pihak lain. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan.
Makalah ini dibuat untuk
memberikan arahan dan tuntutan kepada pembaca agar mampu berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat
belajar secara aktif dan kreatif dan mampu mengetahui pentingnya belajar sejarah Amerika khususnya mengenai Amerika
Latin Sebelum Perang Dunia II. Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu selesainya pembuatan makalah ini. Selain itu, kami
pun mengucapakan terima kasih kepada Dosen Pengampu Dr.Suranto M.Pdyang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam
pembuatan makalah ini.
Kami
berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk lebih berkompeten dalam
komunikasi memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran materi Sejarah Amerika.
Penulis,
BAB 1
PENDHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Amerika
Latin adalah negara-negara yang terletak di selatan Amerika Serikat yaitu
semua negara di wilayah benua Amerika bagian Selatan yang sebagian terbesar
bekas koloni kerajaan-kerajaan Spanyol, Portugis, dan Perancis, termasuk
pula negara-negara Karibia seperti Bahama, Dominika, Kuba, Haiti,
Jamaika,, Nicaragua, Suriname, Trinidad & Tobago dll. Luas daratan
seluruh Amerika Selatan lk 7 juta mil persegi dengan jumlah penduduk pada akhir
abad ke-20 lebih dari 350 juta jiwa.
Sebagaimana diketahui perjuangan
negara-negara Amerika Selatan membebaskan diri-nya dari kekuatan asing
khususnya Amerika Serikat belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena
itu perjuangan-nya perlu terus didukung, dan senantiasa
perlu pula disimak dan dipelajari.
Untuk memperoleh gambaran tentang
perjuangannya tersebut, maka berikut ini adalah renungan singkat
perjuangan negara dan rakyat Amerika Selatan pada abad ke-20 yang lalu.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana keadaan ekonomi dan politik
Amerika Latin sebelum sampai Perang Dunia II ?
1.2.2.
Bagaimana pertumbuhan kota dan
pemerintahan Amerika Latin sebelum sampai Perang Dunia II ?
1.2.3.
Bagaimana munculnya gerakan revolusioner
negara-negara Amerika Latin?
1.2.4.
Bagaimana persatuan negara-negara
Amerika Latin ?
1.3.
Tujuan
1.3.1.
Mengetahui keadaan ekonomi dan politik Amerika Latin
sebelum sampai Perang Dunia II.
1.3.2.
Mengetahui pertumbuhan kota dan
pemerintahan Amerika Latin sebelum sampai Perang Dunia II.
1.3.3.
Mengetahui munculnya gerakan
revolusioner negara-negara Amerika Latin.
1.3.4.
Mengetahui persatuan negara-negara
Amerika Latin
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1.
Keadaan Ekonomi dan Politik Amerika Latin Sebelum Sampai Perand Dunia II
Pada awal abad ke-20 di keluarga negara-negara Amerika Latin
telah bertambah dengan dua negara yaitu Kuba dan Panama.Kuba merdeka dari
Spanyol pada tahun 1902, dan Panama memisahkan diri dari Columbia pada tahun
1903. Walaupun telah menjadi negara merdeka, kedaulatan dari kedua negara
tersebut masih terbatas dengan adanya perjanjian bahwa tentara
Amerika Serikat-lah yang bertanggung jawab menjamin kemerdekaan kedua negara
tersebut. Sementara itu dalam dua dekade berikutnya Republik Dominica,
Nicaragua, dan Haiti menjadi “protectorate’ dari Amerika Serikat.
Pada tahun 1845, beberapa dasawara sebelum memasuki abad
ke-20, Texas yang telah melepaskan diri dari Meksiko
dan bergabung dengan Amerika Serikat . Disamping itu Amerika juga
menginginkan wilayah Meksiko di Pantai Barat. Sudah barang tentu Meksiko tidak
menyukai keinginan tersebut, maka “Perang Mesiko – Amerika” tidak
dapat dihindari. Amerika Serikat berhasil memenangkan perang dan
memperoleh wilayah California dan Amerika Serikat Barat Daya.
Orang-orang Amerika di Utara tidak menyukai perang ini,
karena merasa perang ini hanya untuk keuntungan Selatan.
Perlu pula diketahui sejak tahun 1900 investasi Amerika
Serikat di Mesiko dan di negara-negara Karibia telah melampaui investasi
Inggris.Hal itu berarti bahwa pada awal abad ke-20 Amerika Serikat sudah
menancapkan pengaruh politik dan ekonomi di Amerika Latind dengan kuat. Keadaan
seperti itu menyebabkan tumbuhnya sikap anti terhadap Amerika Serikat, yang
dikenal oleh kalangan masyarakat Amerika Latin sebagai “Imperialis
Yankee”. Hal itu digambarkan secara tepat oleh seorang penulis Uruguay (
Jose Enrique Rodo) sebagai “Dering
kutukan terhadap imperialisme Yankee”. Enrique Rodo menyatakan bahwa
sikap menentang pelanggaran militer, ekonomi, dan kultur dari
“Colossus of the North” ( The
Colossus of the North is a name for the United States typically used
by those who view the country as oppressive to its southern neighbors,
Wikepedia) adalah suatu sikap yang menjadi dambaan rakyat Amerika Latin.
Walaupun rakyatdan negara-negara Amerika Latin sesungguhnya lebih
memerlukan terciptanya keadilan dan kemakmuran masyarakatnya.
Pada masa tahun 1900-an negara-negara Amerika Latin
adalah penghasil produk-produk primair guna keperluan ekspor. Oleh karena
itu suatu kontraksi perdagangan dunia karena depresi pada tahun 1890-an menyebabkan
kerawanan bagi Amerika Latin seperti tampak dengan terguncangnya
ekonomi Argentina dan Kuba. Disamping itu imperialisme Eropa, yang dengan
intensip meng-eksploitasi koloni-koloninya di wilayah tropis di Asia dan
Afrika, menyebabkan terjadinya krisis kopi (1905) dan runtuhnya boom karet
(1914) di Brasilia.
Beberapa saat setelah itu pecah Perang Dunia I (1914 – 1918)
membawa makin susutnya volume perdagangan dunia. Keadaan itu
ternyata tidak berlangsung lama, karena kerusakan lahan
pertanian di Eropa berakibat terciptanya pasar baru
bagi produk bahan makanan Amerika Latin. Namun cepatnya recovery
lahan-lahan pertanian di Eropa tersebut termasuk dihasilkannya gula beet membawa
pengaruh negatip bagi perdagangan produk-produk pertanian Amerika
Latin.
Pada sepertiga bagian pertama dari abad ke-20
pemerintahan di Amerika Latin telah menjaga stabilitas ekspor hasil produksinya
( roduk-produk primer) dengan membatasi dan
memangkas produksi-nya,disamping mengadakan berbagai perjanjian
perdagangan internasional untuk melindungi ekonominya. Dengan terjadinya
depresi pada tahun 1930-an usaha tersebut tampak sia-sia,
Amerika Latin menderita kerugian lebih besar daripada yang
seharusnya. Bahkan ketika secara umum ekonomi dunia telah membaik dan tumbuh,
pengaturan internasional perdagangan komoditi-komoditi tidak efektif melindungi
Amerika Latin.Berkurangnya demand akan tembaga dan timah putih menyebabkan
rusaknya ekonomi serta menyebabkan perpecahan sosial di Chile atau Bolivia.
Dengan berjalannya waktu, maka muncul kesadaran diantara masyarakat Amerika
Latin, bahwa melindungi diri dari gejolak perubahan ekonomi dunia adalah mutlak
diperlukan antara lain dengan melakukan diversifikasi ekonomi termasuk
industrialisasi.
Perlu pula diketahui bahwa selama Perang Dunia ke-1 industrialisasi
di Amerika Latin menjadi marak, pabrik-pabrik dibangun untuk memproduksi
barang-barang konsumsi yang semula diperoleh dari Eropa dan Amerika
Serikat. Sebagian besar pabrik-pabrik yang dibangun tersebut adalah tergolong
industri ringan, namun sewaktu terjadi banjir impor pada
tahun 1920-an sebagian besar pabrik-pabrik tersebut mati tenggelam. Pada
dekade berikutnya terlihat adanya gelombang naik dari industri ringan
tersebut yaitu ketika ekspor produk primer Amerika Latin menurun, dimana
Amerika Latin terpaksa mengurangi impor-nya serta menggantikannya dengan
memproduksi produk dalam negeri sebagai substitusi impor.
Industri substitusi impor terus tumbuh selama
Perang Dunia II sampai perang berakhir.Beberapa negara seperti Brasilia dan
Argentina membuat dinding tarif (tariff barrier) untuk melindungi industri
substitusi impor tersebut serta menyokong penuh industrialisasi.Industri
Argentina tumbuh dengan pesat dibawah program ambisious yang dilancarkan oleh
diktator Juan D Peron, dan Brasilia tumbuh menjadi negara yang maju
industri-nya. Promosi pemerintah tentang pembangunan pabrik-pabrik (industri) menggambarkan
kemenangan kelompok penduduk kotaterhadap kaum elite pendatang lama yang pada
umumnya menguasai daerah-daerah pedesaan.
2.2. Pertumbuhan Kota dan
Pemerintahan Amerika Latin Sebelum Sampai Perang Duniia II
Pemerintahan kota di Amerika Selatan tumbuh dengan pesat kira-kira
pada awal abad ke-20,kaum imigran di Argentina dan bagian selatan Brasilia berperan
besar dan ikut bertanggung jawab atas terjadinya pertumbuhan
pemerintahan kota tersebut. Para pekerja kontrak dari Itali, Spanyol dan
Portugis setelah beberapa tahun bekerja di ladang-ladang biji-bijian (gandum)
atau di kebun-kebun kopi menghadapi kenyataan tidak mungkin memiliki tanah kebun
bagi dirinya kemudian mereka cenderung untuk tinggal di kota-kota. Perbaikan
sanitasi dan terbasminya penyakit-penyakit seperti penyakit malaria
khususnya di kota-kota ikut menyumbang pertumbuhan penduduk karena
berkurangnya angka kematian,
Setelah Perang Dunia I kegiatan ekonomi dan perdagangan
di Amerika Selatan pada umumnya berkembang,hal itu menyebabkan diperlukannya
tenaga-tenaga managerial dan profesional disamping bertambahnya lapangan
kerja bagi sekretaris, juru tulis, penjaga gudang, pekerja kereta api, pekerja
pelabuhan, pekerja perpakiran dan lain-lain.Namun pada kenyataannya banyak
posisi- posisi yang baik dalam bank-bank, perusahaan asuransi, pusat-puat
perdagangan, dan berbagai fasilitas lainnya masih diisi oleh tenaga-tenaga
managerial dan profesional asing, hal itu telah membangkitkan kemarahan para
pekerja lokal. Keadaan seperti itu diperparah oleh kenyataan bahwa para
kapitalis asing tampak hanya mengeruk sumber daya alam Amerika Latin saja, baik
dari kebun-kebun maupun dari tambang-tambang.
Para politisi (demagog) kelas menengah di Amerika Latin
mengritik elite penguasa sebagai antek kapitalis Inggris atau Amerika
(Yankee). Para politisi yang sebagian besar kelas menengah terus
berusaha mendapatkan dukungan dari para pekerja yang terancam
hilang pekerjaannya saat ekspor produk-produk Amerika
Latin terus merosot. Keadaan seperti itu menyebabkan faham
nasionalisme tumbuh menjadi faktor penting dalam percaturan politik di Amerika
Latin pada abad ke-20.
Sesungguhnya sejak abad ke-19 konstitusi Amerika Latin telah
mengatur adanya pemerintahan yang dipilih oleh rakyat dan golongan-golongan,
namun partisipasi rakyat belum memadai seperti terlihat
dalam banyak pemilihan umum maupun penetapan pemenang dari
pemilihan-pemilihan tersebut. Phenomena tersebut baru memperoleh
perhatian secara luas pada abad ke-20.
Memasuki abad ke-20 kelompok-kelompok penduduk kota
menghendaki reformasi cara-cara pemilihan, pelopor dari reformasi tersebut
adalah kaum elite tua dari Argentina dan Chile. Adanya reformasi cara
pemilihan telah memungkinkan partai kelas menengah radikal merebut
kedudukan presiden di Argentina (1916) dan di Chile (1920). Sementara itu
perubahan administrasi pemerihtahan telah berpengaruh terhadap kebebasan rakyat
melakukan pemilihan di Chilie pemilihan menjadi tidak demokratis lagi dan
di Argentina sebagian besar “presiden terpilih” digulingkan oleh kudeta
militer.
Di Uruguay, Costa Rica, dan Kolumbia pada sebagian besar dari
tiga perempat bagian pertama abad ke-20 pelaksanaan demokrasi politik
berjalan cukup baik. Di Brasilia sepanjang tahun-tahun 1945 – 1965 pemilihan
juga telah berjalan dengan baik. Di Kuba (selama pendudukan Amerika
Serikat dari tahun 1940 – 1952) telah dilakukan pemilihan umum, demikian
pula di sebagian besar negara-negara republik Amerika Latin.Namun sejak awal
tahun 1970-an dibanyak negara-negara di Amerika Latin menganut sistem satu
partai yang unik, hal itu antara lain menyebabkan hasil pemilihan disemua
tingkatan telah diketahui terlebih dahulu.
2.3. Munculnya Gerakan Revolusioner
Negara-Negara Amerika Latin
Pengalaman pertama yang diperoleh oleh Mesiko pada abad
ke-20 adalah adanya revolusi sosial di berbagai negara
Amerika Latin. Pemberontakan pada tahun 1910 menghadirkan revolusi
pada tahun 1940 tambang dan kilang minyak milik asing dinasionalisir dan
sebagian besar tanah-tanah produktip diambil-alih dan dibagikan kepada para
petani. Serangan secara simultan dan berhasil terhadap “kapital asing
(tambang minyak dll)” serta “hacendados domestik (tanah-tanah produktip)”
tersebut tidak diduga sebelumnya.
Seperti diketahui pada tahun 1878 – 1911 Mesiko
dibawah pemerintahan diktator Porfirio Diaz dengan semboyan “Kestabilan
dan Kemajuan” dapat berkembang dan maju menuju ke negara industri. Pemerintahan
dilakukan-nya secara otoriter (tangan besi) dengan dukungan militer,
kebebasan masyarakat dikekang dengan kejam, dan pemilihan umum yang bebas
dihindarinya.Hal itulah yang rupanya menjadi penyebab utama munculnya
gerakan revolusioner dan pemberontakan rakyat Mexico (1910 – 1920) yang
kemudian menjadi revolusi sosial.
Revolusi Mexico menyaksikan perpindahan dari kekuasaan
diktator otoriter (yang mencoba membangun pemerintahan yang stabil) terhadap
kekuaaan radikal dan revolusioner. Ketika revolusi berlangsung
tambang-tambang minyak asing diambil alih dan kebun-kebun dibagikan kepada
petani (rakyat miskin) oleh gerakan revolusioner seperti yang dipimpin Emiliano
Zapata.Revolusi sosial tersebut bukan-lah terjadi secara tiba-tiba dan
bukan pula oleh sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi karena
berbagai sebab yang berakumulasi dan berseluk-beluk sbb :
- Perkembangan kapitalisme dan imperialisme yang rakus khususnya di Amerika Utara disatu fihak, dan berdirinya Negara sosialis sebagai pengetrapan faham Marxisme Leninisme di Rusia dilain fihak,
- Tumbuhnya nasionalisme yang berkolaborasi dengan kaum kapitalis & imperialis asing dan menimbulkan pemeritahan diktator- otoriter disatu fihak, dan rakyat banyak yang menuntut keadilan.
Seperti diketahui adanya gerakan revolusioner yang
menyebabkan revolusi sosial tersebut selain di Mesiko juga terjadi di berbagai
negara Amerika Latin lainnya. Untuk memberi gambaran tentang hal itu berikut
ini adalah uraian singkat tentang keadaan yang terjadi di Kuba,
Chili, Bolivia dan Kolombia.
2.3.1 Kuba
Pada tahun 1895 – 1898, Kuba merupakan jajahan Spanyol, namun
sebagian besar wilayah pedesaan dan sejumlah kota dikuasai oleh kekuatan
revolusi yang ingin menggulingkan-nya. Spanyol yang menguasai kota-kota besar
berusaha menundukkan kekuatan revolusi tersebut, namun perlawanan tetap
berlanjut. Perlawanan kaum revolusioner Kuba surut setelah pada tahun 1898 Amerika
Serikat memenangkan “Perang Spanyol – Amerika” dan menduduki Kuba.
Pada tahun 1902 Kuba mendapatkan kemerdekaan, dan
tentara Amerika Serikat meninggalkan Kuba. Namun Amerika Serikat
melalui “Amandemen Platt” masih memiliki wewenang yang besar dalam
urusan-urusan dalam negeri Kuba, dan masih berada di Teluk Guantanamo
dengan istilah menyewa.
Pada tahun 1902 – 1906 Kuba berada dalam masa damai yaitu
sewaktu pemeritahan Tomas Estrada Palma sebagai presiden pertama. Namun antara
tahun 1906 – 1909 dengan menggunakan pasal-pasal dalam “Amandemen Platt”
tentara Amerika Serikat menduduki kembali Kuba. Pada tahun
1934 Amandemen Platt tersebut dicabut, namun keberadaan Amerika Serikat
di Teluk Guantanamo terus diperpanjang sampai saat ini.
Setelah itu beberapa kali Kuba berganti pemerintahan, pada
tahun 1952 Fulgencio Batista dapat mengambil alih (kudeta) pimpinan
pemerintahan Kuba. Fulgencio Batista memimpin Kuba secara diktator otoriter,
hal itu berakibat rakyat merasa tidak puas sehingga banyak kelompok yang
menentangnya.
Pada November 1956 Fidel Castro dengan 82 orang pejuang
dilatih oleh Alberto Bayo mantan kolonel Tentara Republik Spanyol menggulingkan
pemerintahan diktator Batista, dalam suasana masyarakat kecewa
dan tidak puas terhadap pemerintah. Castro kemudian berhasil membangun
negara komunis dengan sistem satu partai yang pertama di belahan Barat
dunia. Castro tidak secara resmi mengungkapkan hal itu.
2.3.2Chili
Menjelang akhir abad ke-19, pemerintah Chili di Santiago
menjadi lebih kokoh kedudukannya karena:
(1) Kedaulatan
Chili atas selat Magelhaens diakui Argentina
(2) Wilayah
Chili diperluas kearah utara yang berdampak hilangnya sepertiga akses Bolivia
ke Samudra Pacifik.
(3)
Ditemukannya deposit senyawa nitrat yang berharga.
Eksploitasi deposit senyawa nitrat tersebut telah membawa
Chili ke era kemakmuran. Namun konflik antara “Presiden” (Jose Manuel
Balmaceda) dan “Kongres” telah memicu “Perang Saudara” (1891). Perang-saudara
tersebut juga merupakan pertarungan antara pihak yang menghendaki pembangunan
industri dalam negeri dengan pihak perbankan Chili yang
mengutamakan ekspor sumberdaya alam (khususnya House of Edwards
yang memiliki hubungan erat dengan kapitalis asing). “Kongres” memenangkan
konflik tersebut, dan kemudian menerapkan sistem “republik parlementer”.
Pada periode “republik parlementer” tersebut terjadi pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, namun juga ditandai oleh
ketidakstabilan politik dan merupakan awal timbulnya apa yang
disebut sebagai "masalah sosial" yaitu adanya gerakan
revolusioner dari kaum proletar. Masalah sosial tersebut timbul karena tidak
terwujudnya "pemerataan kemakmuran".
Chili selama bertahun-tahun berganti-ganti pemerintahan,baikmelalui
kudeta militer maupun melalui proses pemilihan.Pada tahun
1970 Allende (berfaham sosialis) memenangkan pemilihan
umum. Pemerintahan Allende mengajukan suatu program yang dalam
garis besarnya sbb :
·
menjalankan
sistem ekonomi dan sosial yang sosialistis,
·
meningkatkan
peranan kaum buruh,
·
melakukan
nasionalisasi bank-bank asing, dan
·
memperkuat
"milisi rakyat".
Dibawah Allende keadaan ekonomi dan politik di Chili
tidak menjadi stabil dimana media, politisi, serikat buruh, dan berbagai
organisasi lainnya selalu
melakukan aksi-aksi yang menentang Allende. Sejumlah aksi menentang
Allende tersebut didukung oleh Amerika Serikat. Hal itu menyebabkan
pada permulaan tahun 1973 Chili mengalami krisis ekonomi dan hiperinflasi
hingga 600% s/d 800%. Krisis ekonomi tersebut diperparah oleh
adanya pemogokan-pemogokan yang dilakukan oleh para dokter, guru, pemilik
truk, pekerja tambang tembaga dll, serta didukung oleh mahasiswa.
Pada 26 Mei 1973 Mahkamah Agung Chili secara terbuka ikut
serta menentang pemerintahan Allende, dan berpendapat bahwa kebijakan
Allende adalah pemicu ketidak stabilan ekonomi, politik, dan sosial di
Chlili.
Pada 11 September 1973 terjadi kudeta militer menggulingkan
pemerintahan Allende. Kudeta militer tersebut kemudian membentuk
junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Augusto Pinochet,
dan mengambil alih kendali negara. Meskipun kudeta tersebut ilegal menurut
konstitusi Chili, namun “Mahkamah Agung Chili”
mendukung dan mengukuhkan-nya.Pada 11 September 1980
sebuah “konstitusi baru” diberlakukan melalui suatu referendum. Referendum
ini kontraversial dan dipertanyakan oleh berbagai organisasi internasional.
Jenderal Pinochet menjadi presiden republik Chili selama 8
tahun. Setelah Pinochet memperoleh kekuasaan,beberapa ratus orang revolusioner
meninggalkan Chili bergabung dengan tentara Sandinista di Nikaragua, pasukan
gerilya di Argentina, atau ke kamp pelatihan di Kuba, Eropa Timur, dan
Afrika Utara.
2.3.3 Bolivia
Seperti diketahui sejak merdeka
sampai medio abad ke-19 Bolivia telah kehilangan lebih dari setengah
wilayahnya ke negara tetangga karena suatu peperangan. Pada akhir
abad ke-19, meningkatnya harga emas dunia telah membawa Bolivia menjadi
negara yang secara ekonomi relatip makmur dan secara politik
stabil. Sementara itu selama awal abad ke-20 “timah” telah menggantikan
“emas” sebagai sumber kekayaan negara yang paling penting. Dalam tiga
puluh tahun pertama abad ke-20 pemerintahan Bolivia
didominasi oleh oleh elit yang menjalankan kebijakan sosial dan ekonomi
liberal (laissez-faire).
Pada tahun 1951 partai yang berbasis luas, Gerakan
Nasionalis Revolusioner (Movimiento Nacionalista Revolucionario disingkat MNR),
memenangkan pemilihan presiden Bolivia.Kemenangannya tersebut tidak
didukung oleh kekuatan-kekuatan elit, namun MNR (1952) ternyata
dapat melakukan suatu perubahan dengan sukses. Presiden
Victor Paz Estenssoro dengan dukungan rakyat melakukan
perubahan-perubahan sbb :
·
memperkenalkan
hak pilih,
·
melaksanakan
reformasi tanah
·
mempromosikan
pendidikan pedesaan
·
nasionalisasi
tambang terbesar (timah).
Pada tahun 1964, junta militer menggulingkan Presiden
Estenssoro, kemudian pada 1971 Hugo Banzer Suarez (seorang Kolonel
AD) diangkatsebagai presiden Bolivia. MNR (1971-1974) mendukung
pemerintahan Banzer. Selama pemerintahan presiden Banzer ekonomi Bolivia
tumbuh dengan mengesankan, walaupun terjadi banyak pelanggaran hak asasi
manusia (HAM) dan krisis fiskal yang akhirnya melemahkan dukungan
masyarakat terhadap-nya. Banzer pada tahun 1978 dipaksa menggelar pemilu,
dan Bolivia kembali memasuki masa kekacauan politik.
Pada tahun 1979 dan 1981 dilaksanakan Pemilu, namun hasilnya
tidak meyakinkan dan ditandai oleh banyak kecurangan. Setelah itu Bolivia
selalu mengalami krisis politik dan ekonomi, pemerintahan tidak stabil (sering
berganti-ganti melalui kudeta dan kontra kudeta militer), terjadi banyak
pelanggaran HAM, dan marak praktek perdagangan narkotika. Bahkan
menurut “Guinness World Records” selama kurang dari satu abad di Bolivia
terjadi kudeta lebih dari 190 kali, terbanyak di dunia.
Selama pemerintahan presiden Gonzalo Sanchez de Lozada
telah dilakukan reformasi ekonomi dan sosial secara agresip,
dimana investor asing boleh menguasai 50% kepemilikan dan melakukan
kontrol terhadap manajemen perusahaan public seperti di perusahaan-perusahaan
minyak bumi, telekomunikasi,penerbangan,kereta api dan listrik. Reformasi
(dan restrukturisasi) ekonomi ini sangat ditentang oleh golongan
tertentu yang terus melakukan protes dan bahkan
kadang-kadang disertai kekerasan, terutama di La Paz
(ibukota) dan Chapare (daerah penghasil koka).
Pada tahun 1994 – 1996 pemerintah de Lozada
menawarkan kompensasi moneter kepada petani koka ilegal di wilayah Chapare,
jika mereka menghentikan penanaman koka. Kebijakan ini dapat sedikit mengurangi
produksi koka. Seperti diketahui pada tahun 1990-an Bolivia adalah
pemasok hampir sepertiga koka (bahan baku kokain) dunia.
Sementara itu Central Obrera Boliviana (COB) menentang
berbagai kebijakan pemerintah Bolivia , namun tentangan itu tidak efektip
seperti terlihat pada saat pemogokan guru (1995). Pada saat itu COB tidak dapat
mengerahkan dukungan dari anggotanya termasuk dukungan dari para
pekerja konstruksi dan pabrik. Pemogokan gagal dan Kemudian pemerintah
menyatakan negara dalam keadaan darurat militer untuk menjaga agar
gangguan yang disebabkan oleh aksi para guru tersebut tidak terulang.
Seperti diketahui para guru tersebut dipimpin oleh pendukung
Trotsky, dan dianggap sebagai serikat paling militan di COB. Kegagalan
aksi para guru tersebut merupakan pukulan besar bagi COB, yang kemudian (1996)
terperosok ke dalam pertikaian internal.
Kemudian antara Januari 1999 sampai April 2000 terjadi aksi
protes dalam skala besar di kota terbesar ketiga di Bolivia (Cochabamba). Aksi
protes tersebut adalah sebagai reaksi terhadap privatisasi sumber daya air.
Akibat privatisai tersebut pengelola sumberdaya air (perusahaan
asing) menaikan harga air hingga dan dua kali lipat.Gonzalo Sanchez de
Lozada mundur pada Oktober 2003, dan digantikan Wakil Presiden Carlos Mesa.Namun
6 bulan kemudian (Juni 2005) Mesa digantikan oleh ketua MA Eduardo Rodriguez.
Pada 18 Desember 2005 Evo Morales pemimpin sosialis pribumi terpilih
sebagai presiden.
Pemimpin revolusioner Che Guevara dibunuh oleh tim gabungan
CIA dan Angkatan Darat Bolivia pada 9 Oktober 1967, di Bolivia. Seorang perwira
dalam timyang menangkap dan menembak Che Guevara adalah Felix Rodriguez.
Rodriguez mengatakan bahwa setelah ia menerima perintah presiden Bolivia,
maka dilakukannya eksekusi terhadap Che Guevara.
2.3.4 Kolombia
Republik Kolombia seperti yang dikenal sekarang terbentuk
pada tahun 1886, setelah sebelumnya terjadi perang sipil selama dua tahun.
Perang sipil seperti itu sering terjadi di Kolumbia, yang paling
terkenal adalah “perang sipil 1000 hari (1899 - 1902)” yang terjadi
bertepatan dengan keinginan Amerika Serikat mengambil alih
pembangunan “Terusan Panama”. Hal tersebut berakibat Panama menjadi sebuah
negara merdeka lepas dari Kolombia pada tahun 1903.
Kolombia juga terlibat dalam perang yang cukup lama dengan
Peru, karena konflik teritorial. Setelah perang dengan Peru berakhir Kolombia
mengalami stabilitas politik, yang diselingi jeda karena pertikaian berdarah di
akhir 1940-an s/d awal 1950-an, periode tersebut dikenal sebagai periode “ La
Violencia (Kekejaman)”.
Sejak Gustavo Rojas berkuasa melalui sebuah kudeta, dan
melakukan negosiasi dengan kaum gerilyawan (1953 – 1964) suasana kekejaman
mereda.Setelah Gustavo Rojas, Kolumbia berada dibawah pemimpin militer Jenderal
Gabriel Paris Gordillo. Meredanya suasana kekejaman tersebut ternyata tidak
meniadakan adanya kontradiksi. Bahkan kekuatan kaum gerilyawan di
desa-desa akhirnya secara resmi membentuk FARC (FARC atau Fuerzas Armadas
Revolucionarias de Colombia atau Revolutionary
Armed Forces of Colombia, lihat
Wikipedia) untuk melawan pemerintah yang dipandangnya pro
Amerika Serikat.
Antara tahun 1980 – 1990 terbentuklah “kartel obat” yang
berkuasa dan kejam di Kolumbia yaitu “Kartel Medellin” (Pablo Escobar)
dan “Kartel Kali”, dalam hal tertentu kartel-kartel tersebut mempengaruhi
politik dan ekonomi di Kolombia.
Pada tahun 1991 “Konstitusi Kolombia 1991” yang diajukan oleh
“Badan Konstitusi Kolombia”. Diberlakukan Konstitusi ini mengatur posisi-posisi
penting di bidang politik, etnik, gender, dan hak assasi manusia (HAM).
Seperti diketahui pada tahun 1940 Tan Malaka telah
memperkirakan, jika bumi terdiri dari 8 atau 9 “gabungan
negara (negara raksasa)”, maka bumi akan damai. Gabungan Negara-negara raksasa tersebut
antara lain adalah “Amerika Serikat dan Canada” dengan luas daratan lk 8 juta
mil persegi, dan “Amerika Selatan” dengan luas daratan lk 7 juta mil persegi.
Amerika
Selatan atau Amerika Latin tersebut kini terdiri dari lebih 15 negara antara
lain Argentina, Bolivia, Brasilia, Chili, Kolombia, dan Uruguay serta berpenduduk
lebih dari 350 juta jiwa. Negara-negara Amerika Latin tersebut
dapat dikatakan telah merupakan negara merdeka, namun tampaknya belum satupun
menjadi negara “Merdeka 100%”. Hanya “Trinidad & Tobago” serta
“Antigua & Barbuda” yang termasuk dalam katagori “Merdeka 100% secara
Kwantitatip”.
Negara-negara Amerika Selatan sadar, bahwa mereka tidak akan
mencapai “Merdeka 100%” jika tidak bersatu. Dan persatuan tersebut hanya
akan kokoh jika Amerika Selatan dapat menjadi “gabungan negara (negara
raksasa)”, dan Amerika Selatan sangat mungkin menjadi “gabungan negara (negara
raksasa)” karena :
- Memiliki sumberdaya yang cukup untuk seluruh kebutuhannya,
- Memiliki luas wilayah yang memungkinkan setiap penduduk memiliki ruang yang cukup bagi hidupnya.
- Memiliki iklim dan penduduk dengan adat-istiadat yang lebih kurang sama, dan
- Mampu membentuk suatu pemerintahan yang demokratis.
Bahwa
AmerikaSelatan akan bersatu dan menjadi “gabungan negara (negara
raksasa)” telah terlihat tanda-tandanya sejak lama. Tanda itu antara lain
tampak pada saat gerakan kemerdekaan Amerika Selatan (South American
independence movement) pimpinan Simon Bolivar memperoleh kemenangan
atas tentara kerajaan Spanyol di Ayachucho
(1824). Letak Ayacucho adalah di Peru (sekarang).Región Ayacucho
adalah sebuah región (wilayah) di Peru yang memiliki luas wilayah 43.814 km².
Tanda-tanda
bahwa Amerika Selatan akan bersatu menjadi "gabungan negara (negara
raksasa) tersebut kemudian menjadi lebih nyata sejak hampir 50 tahun yang
lalu tepatnya pada tahun 1969, dimana negara- negara
Amerika Selatan telah berhasil membentuk berbagai kerja-sama
antara lain sebagai berikut :
·
Andean Community (Comunidad Andina
de Naciones-CAN)
Pada 1969 lima negara Amerika
Selatan yaitu Bolivia, Kolombia, Ekuador dan Peru menandatangani Andean
Pact yang merupakan apa yang disebut sebagai “Andean Community”.
·
Latin American Economic System
(SELA)
Pada
1975 terbentuk Latin American Economic System (SELA). Saat ini (2010) SELA
beranggotakan Argentina, Barbados, Belize, Bolivia, Brasil, Chile,
Kolombia, Kosta Rika, Kuba, Dominika, Ekuador, El Salvador, Grenada, Guatemala,
Guyana, Haiti, Honduras, Jamaika, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru,
Suriname, Trinidad & Tobago, Uruguay, dan Venezuela.
·
Latin American Integration
Association (LALA/ALADI)
Pada
1980 Latin American Integration Association (LALA) berdiri. LALA
beranggota 12 negara yaitu Argentina, Brasil, Bolivia, Chile, Kolombia, Kuba,
Ekuador, Meksiko, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezue.
·
Mercado Comun del Sur (Mercosur)
Pada
1991 Mercado Cumun de Sur (Mercosur) dibentuk oleh 4 negara yaitu
Argentina, Brasil, Paraguay dan Uruguay. Mercosur dimaksudkan untuk
memperkuat para anggotanya menghadapi perkembangan perekonomian dunia.
Mercosur memiliki pasar dan tarif impor bersama.Pada tahun 2006, Venezuela
bergabung menjadi anggota penuh Mercosur.
Kerjasama antar negara-negara
tersebut kiranya dapat dipandang sebagai langkah awal menuju terbentuknya “negara
gabungan Amerika Selatan”
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
Dilihat dari penjelasan dan fenomena
diatas terlihat bahwa di amerika latin sendiri belum ada organisasi yang mampu
mengakomodir anggota dari seluruh negara di kawasan. Hal ini disebabkan karena
beberapa alasan yaitunya :
1.
Adanya
kepentingan yang berbeda dari negara-negara di kawasan dan kepentingan itu
sulit untuk disatukan
2.
Adanya
keinginan dari beberapa negara untuk saling mendominasi satu sama lain di
kawasan hingga persaingan mereka memberikan dampak yang buruk untuk
terbangunnya kerjasama di kawasan.
3.
Adanya
perbedaan idiologi, sehingga membuat negara yang bertetangga satu sama lain ini
justru saling menjauh karena perbedaan cara pandang melihat politik domestik
dan politik dunia.
4.
Ketidak mampuan
negara-negara amerika latin bersaing di pasar internasional membuat mereka
mengoptimalkan pasar regional hingga muncul persaigan di pasar regional yang
mengakibatkan perjanjian untuh berbagi dengan baik tidak mampu tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Kismomihardjo, Santoso.
2012. Amerika Selatan. (diakses pada
tanggal 18 Mei 2014)
Putri, Ardila. Regionalisme di Amerika Latin. (diakses
pada tanggal 18 Mei 2014)
Posted by Unknown